Kamis, 03 April 2014

“ Ora Ana Dhuwite , Ya Ora Nyoblos “


Pemilu tinggal beberapa hari lagi, namun hingar-bingar kampanye dengan pawai dan unjuk gigi panggung kini tak ada lagi. Warga seperti biasa menjalankan rutinitas sehari-hari tanpa terganggu oleh hiruk pikuk oleh kampanye parpol. 

Yang terlihat hanyalah jejeran banner gambar calon dan bendera partai di sudut gang, jalan kampung , jalan raya sampai dengan jalan protocol di kota-kota besar.

Rakyat sudah  jenuh akan hingar bingar dan riuh rendahnya kampanye lima tahun yang lalu. Bagi mereka kemeriahan itu hanya euphoria yang menguntungkan sefihak. Kini mereka sudah lebih mengerti dibalik keramaian kampanye.

“ Kulo mpun bosen kaliyan kampanye . Sak menika kula kerja terus mboten ngurusi kampanye. Sing penting kerja Mas “, begitu kata salah seorang tukang becak di pasar Kliwon Kudus yang saya temui belum lama ini.

Pak Jo sebutlah namanya tukang becak itu. Puluhan tahun ia menghidupi keluarganya jadi tukang becak. Dia sudah mengalami berkali-kali pemilu dengan segala keramaiaannya. Menurutnya kampanye dengan hura-hura sekarang  tidak ada artinya.

“ Sak menika rakyat mpun pinter Mas. Caleg riyen do ngapusi sakwise dadi DPR lan sak kepenake dhewe . Sak niki Caleg sing nyalon kudu dipremo ben metu dhuwite “, kata pak Jo lagi.

Menurut pak Jo tidak usah pasang gambar besar-besar diberbagai tempat. Atau pasang bendera di tempat-tempat strategis. Semua itu hanya menghabiskan biaya saja. Yang penting ketika hari coblosan orang kecil diberi sangu mereka akan berangkat nyoblos.

“ Yen ora ana dunduman dhuwit. Aku yo ora mangkat nyoblos pak . Lebih baik aku narik becak kanggo mangan anak bojoku “, kata mas Min teman pak Jo sesama penarik becak di sudut pasar kliwon.

Mas Min lebih cerdas ketika ditanya siapa yang akan dipilih ?. Dia menjawab caleg yang ia kenal baik dan rumahnya tidak jauh dari tempat tinggalnya. Dia tidak melihat dari partai mana ,yang penting ia kenal dan baik itu yang ia coblos.


“ sing penting malih wonten sangune Mas , sebagai ganti mboten narik sedinten “, katanya Mas Min . “ Yen ora ana dhuwite piye Mas”, tanyaku. “ Ora ana dhuwite , Yo ara nyoblos Mas “, katanya. (Muin)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar