Minggu, 06 April 2014

Tradisi Udik-Udikan Sambut Datangnya Bayi

Bayi diarak keliling kampung
  
Demak – Di kawasan pantura Jawa Tengah khususnya di daerah kabupaten Demak. Ada tradisi yang masih dilestarikan berkaitan dengan lahirnya seorang bayi. Tradisi ini sudah ada sejak dulu puluhan atau ratusan tahun . Namun beberapa orang masih melestarikannya sampai sekarang.

Tradisi ini berawal dari adanya wanita yang hamil. Keluarganya entah suami atau kakek dan neneknya berharap bayi yang dilahirkan misalnya laki-laki. Jika nanti kelak benar lahir bayi yang diinginkan maka mereka akan melaksanakan nadzar tersebut. Yaitu dengan melakukan udik-udikan.

Udik-udikan adalah adalah melakukan shodaqoh berupa uang recehan yang dilakukan dengan dibuang. Biasanya uang recehan itu dicampur dengan beras kuning dan kembang. Dulu uang yang diberikan recehan Rp 2, 3, 5 . Kini yang dibuang recehan Rp 100 ,500 dan 100.


anak-anak rebutan uang receh


“ Ya gimana lagi  udah tradisi ya kita laksanakan saja. Lha wong keinginan saya sudah terpenuhi cucu laki-laki saya sudah lahir. Dulu ketika masih hamil saya sudah ujar “, kata Mukholifah warga desa Kedungmutih pada demakpos, Rabu (2/4).

Mukholifah melakukan udik-udikan untuk cucunya yang kedua. Diawali dari rumah dengan menggendong cucunya ia keluar rumah. Mendampingi dirinya adalah dukun bayi yang merawat anak dan cucunya. Dukun bayi dengan membawa baki berisi uang dan uborampenya ikut keluar rumah.

Diluar rumah sudah menunggu anak-anak kecil yang siap menunggu udik-udikan. Bayi dalam gendongan kemudian diarak keluar rumah. Berjalan memasuki gang dan jalan kampung. Uang pun disebarkan disepanjang perjalanan. Dengan berebutan anak-anakpun memunguti uang recehan.


Merbot mengadzani si bayi


Sesampainya di depan masjid rombonganpun memasuki halaman. Seterusnya bayi dibawa naik memasuki masjid. Bayi disambut oleh merbot masjid lalu di kumandangkan adzan di telinga kanan dan  iqomat di telinga kirinya. Setelah itu bayi kembali di bawa pulang dan uangpun kembali disebarkan.

Agar acara udik-udikan meriah maka ketika keluar dari rumah . Bayi dan rombongan menuju masjid bersamaan dengan selesainya shalat jamaah di Masjid. Ketika bayi memasuki masjid maka para jamaah menyambutnya dengan suka cita.

“ Ya ini hanya menjalankan tradisi orang –orang dulu. Agar lestari sampai sekrang maka harus kita jalankan meskipun tidak semeriah seperti dulu “, kata Mukholifah. (Muin)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar