Minggu, 23 Maret 2014

Sangkar Burung Dari Kebonbatur Super Murah


Garapan sangkar sangat halus sehingga banyak pelanggan dari luar kota selalu memesan. (Poto : infodid/Ibnu Sukma)
Demak - HARGA sangkar burung murah bukan berarti kualitasnya rendah. Ternyata harga jual bisa menjadi lebih murah, karena biaya produksinya lebih murah. Seperti berbahan baku dari hasil limbah kayu jati.
Kendati dari bahan limba kayu, namun garapan snagkar burung di Desa Kebonbatur Kecamatan Mranggen, Demak, Jawa Tengah sangat halus. Ternyata keahlian membuat sangkar burung didapat dari turun temuran hingga tiga generasi. Hingga semua warga mampu memiliki kelebihan bisa memproduksi sangkar burung dengan hasil tangan yang sangat halus.
Kelebihan ini membuat Desa Kebonbatur sebagai sentra produksi sangkar burung. “Semula Kebonbatur merupakan desa pertanian yang minus, hingga untuk bertahan hidup warga telah merintis usaha pembuatan sangkar burung dengan memanfaatkan limbah kayu jati, sejak sebelum kemerdekaan,” ucap perajin dan pengusaha sangkar burung, Khudori (53) warga Dusun Kadilangon Desa Kebonbatur, kemarin.
Pada jaman dulu untuk menjual sangkar burung ke Semarang, warga harus berjalan kaki. Kelebihan membuat snagkar burung ini hingga diturunkan ke anak-cucu. Sementara Khudori sendiri sudha 25 tahun menekuni produksi sangkar burung.
Dan diperkembangannya setiap rumah bisa dilihat ada aktivitas untuk membuat sangkar. Sebagian ada yang membuat rangka dasar sangkar, sampai finishing seperti mengoles vernis. Mereka mengumulkan dalam satu tempat berdasarkan pemesanan melalui telepon atau internet, di rumah Khudori, ratusan sangkar tersimpan rapi di gudang.
Dalam sepekan, warga setempat mampu dua hingga tiga kali mengirim 100-200 sangkar hingga ke Jakarta. Harga jual sangkar bervariasi tergantung tingkat kerumitan antara Rp 60 ribu sampai Rp 600 ribu/snagkar.
Ciri pembuatan sangkar burung buatan Desa Kebonbatur, dari bentuknya yang kotak dan terbuat dari limbah kayu jati, serta keawetan sangkar tidak lagi diragukan. Seperti sangkar yang dikombinasi dengan bambu bisa bertahan hingga 10 tahun.
Terpisah, Nahrowi (43), salah satu perajin mengaku keterampilan membuat sangkar burung didapat dari turun temurun. Menghasilkan satu sangkar burung dalam sehari, katanya, bukan pekerjaan mudah. “Butuh ketelatenan, karena cukup rumit,” ucapnya.
Biasanya Nahrowi menjual snagkar dalam kondisi masih mentah, dibeli oleh, pengepul untuk diwarnai sesuai selera. Ada banyak jenis sangkar burung, seperti sangkar model hongkongan, solonan dan cak rowo.
Sementara, Kades Kebonbatur, Mahbub mengakui, perajin sangkar burung ini jumlah ratusan, usaha tersebut mampu menjadi mata pencaharian pokok warga setempat. “kami hanya berharap pemerintah dapat memperbaiki infrastruktur jalan, karena kondisi jalan yang rusak sering dikeluhkan oleh investor yang akan menanamkan saham di Desa Kebonbatur,” jelasnya didampingi Ketua BPD Kebonbatur Marwan. (Ibnu Sukma)
Sumber : Infodiddotcom

Tidak ada komentar:

Posting Komentar