Meski sudah ada gas untuk keperluan memasak tetapi kayu bakar masih diminati pembeli, karena diyakini lebih aman dan lebih ekonomis. Usaha jual beli kayu bakar seperti dilakukan Ali Ridho (53) warga Desa Babalan, Wedung, Demak Jawa Tengah ini pun masih menjanjikan keuntungan.
Kulakan kayu bakar dilakukannya dua hari sekali ke pasar desa Kedungmutih, diangkut 50–75 ikat menggunakan sepeda motor.
“Kami sediakan khusus bagi ibu rumah tangga yang takut menggunakan kompor gas, takut terjadi kebakaran. Oleh karenanya jatah kompor gas dan tabung dari pemerintah tidak dipergunakan tetapi dijualnya“, kata Ali Ridho kepada demakpos, Selasa (18/3).
Sebelum ada gas elpiji masuk desa, Ali Ridho yang kesehariannya sebagai tukang ojek sudah berjualan kayu bakar. Namun setelah datangnya kompor gas omzet penjualannya menurun drastis. Dulu setiap hari ia bisa menjual hingga ratusan ikat, tetapi sekarang paling 50 ikat.
“Lumayan bisa menambah pemasukan. Tiap ikat kami membeli Rp 1.500 dan kami jual Rp 2.000. Tiap ikat kami dapat untung Rp 500“, papar Ali.
Pekerjaan sebagai tukang ojek sudah puluhan tahun. Semenjak bujangan ia sudah menarik penumpang dengan sepeda motor. Awalnya hanya coba-coba saja mengantar keluarga, namun setelah mendapatkan hasil jadi keterusan sampai sekarang. Sedangkan kulakan kayu bakar hanya sebagai cangkingan belaka disela-sela waktu menunggu penumpang.
“Alhamdulillah dari berjualan kayu bakar dan hasil ngojekcukuplah untuk kebutuhan sehari-hari“, kata Ali Ridho menutup sua. (Muin)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar