Demak - Ikan gabus atau iwak kutuk, merupakan salah satu jenis ikan liar yang hidup di air tawar. Ikan trengginas dan bisa terbang ini hidup di rawa, blumbang (kolam) yang airnya tenang dan relatif jernih. Selain makan lumut dan tetumbuhan di pinggir blumbang, ikan gabus ini juga suka makan predator kecil dan menjadi musuh ikan mujair, sepat dan lele. Itu punya yang menyebabkan jenis ikan ini selalu diburu oleh pemancing karena dianggap musuh ikan pembudidayaan dan juga karena alasan dagingnya sangat lezat untuk lauk pendamping makan nasi.
Oleh karena ikan ini sulit diternakkan, populasinya makin hari makin langka. Sehingga menyebabkan kelangkaannya. Namun karena kelangkaannya tersebut, ikan gabus ini justru malah menjadi lauk primadona di wilayah Kabupaten Demak, Grobogan, Kudus dan Jepara. Banyak diburu karena dagingnya tebal, tidak amis, dan sangat lezat untuk dimasak dengan bumbu apa saja, tetap enak mengundang selera lidah untuk cepat-cepat menyantapnya.
Digoreng tanpa bumbu khusus pun terasa nyaman di lidah, apalagi dimasak semur dengan kuah pedas merica atau dibikin masakan garang asem dengan kuah santan kental, atau sekedar dipecel pakai sambal tomat atau sambel kecap doang.
Untuk wilayah Demak, warung yang menjajakan menu iwak kutuk ini terbilang tidak banyak. Di dalam kota wali tidak ada warung yang menjajakan masakah menu tradisional ini. Tetapi di pertigaan Desa Trengguli Wonosalam, di bawah jembatan Tanggul Angin perbatasan dengan Demak-Kudus.
Desa Ketanjung Karanganyar, di depan kantor UPTD Mijen, di pertigaan Godong-Demak, tepatnya di Desa Merak Dempet, di pertigaan Mintreng Kebonagung dan di dekat lapangan Desa Bakalrejo Guntur, masih dapat ditemukan menu tradisional di warung sederhana di seputaran lokasi-lokasi tersebut.
“Taripnya juga terjangkau oleh kantong tanggal tua, koq” tutur Marno (45) seorang pegawai rendahan yang enggan disebut jatidirinya kepada demakpos. (mac)
Sumber : Demakposdotcom
Tidak ada komentar:
Posting Komentar